Latest News

Tuesday, 17 September 2013

The Postcard Killers



The Postcard Killers
James Patterson & Liza Marklund @ 2010
Grand Central Publishing - 2011
385 page
(MPH @ Raffles City Singapore)

Detektif Jacob Kanon terbang dari Amerika ke Benua Eropa. Bukan untuk berlibur tentunya, tapi memburu pembunuh para pasangan muda yang sedang berlibur ke beberapa negara di Eropa. Detektif Kanon sendiri punya motif pribadi, karena salah satu dari para korban adalah anak perempuannya sendiri, bernama Kimmy Kanon. Kimmy ditemukan tewas bersama tunangannya di salah satu hotel di Florence, Roma. Korban lain ditemukan di Paris, Kopenhagen, Frankfurt dan Stockholm. Para korban dijerat dengan daya pikat sang pelaku. Korban yang ingin berlibur dan menemukan teman baru, tentu saja tidak bisa menolak persahabatan yang ditawarkan, yang pada akhirnya menjebak mereka.  Dari setiap foto para korban, ditemukan sebuah pola. Di mana posisi para korban mirip dengan karya-karya seni terkemuka di kota tempat mereka ditemukan. Selain itu, harta benda para korban juga lenyap.

Seorang reporter muda bernama Dessie Larsson mendapatkan sebuah kartu pos, yang berisi sebuah pesan singkat dari orang yang diduga melakukan pembunuhan. Maka, Detektif Kanon pun mendekati Dessie, untuk diajak bekerja sama dan menawarkan diri untuk membantu kepolisian Swedia. Dessie pun mengirimkan surat balasan terbuka untuk memancing pelaku kejahatan itu.

Taktik ini membuahkah hasil, meskipun akhirnya kembali menemukan jalan buntu. Pasangan Sylvia dan Malcom Rudolph lepas dari tuduhan sebagai pelaku pembunuhan karena mereka punya alibi yang kuat. Tapi, Detektif Kanon dan Dessie tetap yakin bahwa merekalah pelaku yang sebenarnya.

Sesungguhnya, ide cerita yang ditawarkan menarik, tapi sayang, kenapa terasa kurang �nendang�. Kurang terasa ketegangannya. Masih ada yang terasa �menggantung� atau nanggung. Entah, mungkin gue terlewat kali ya. Ya jujur aja, gue masih rada kurang jelas sama motif dari pelaku. Apa hanya untuk �mengapresiasikan� dari seni yang mereka kagumi tapi dengan cara yang �ekstrim�, atau karena adanya trauma di masa lalu?  Dan apa yang membuat seorang Dessie Larsson terpilih untuk mendapatkan kartu pos itu? Rasanya menyebalkan ketika selesai membaca satu buku, tapi harus ditutup dengan pertanyaan-pertanyaan. Kali akan lebih keren, kalo ada sebuah bab, yang isinya flashback, yang kira-kira menggambarkan latar belakang karakter si pembunuh itu terbentuk.

Gue sempat semangat ketika dengan keberhasilan Dessie dalam menemukan sebuah petunjuk. Yah, abaikan saja cerita selingan sebagai bumbu pelengkap di dalam buku ini, meskipun rada membuat gue sebal.

Gue pernah membaca beberapa karya James Patterson yang lain, dan buku-buku itu sanggup membuat gue deg-degan dan ikut terpacu dengan ketegangan yang ada. Satu hal yang membuat gue bisa menyelesaikan buku ini dengan lumayan cepat, adalah karena bab-bab cerita yang pendek, yang mau tidak mau membuat alur cerita juga cepat. Yah, buku ini oke lah untuk menemani waktu libur. Mau sedikit tegang, tapi pengen mencari cerita yang cepat selesai.

Wednesday, 4 September 2013

The Empress of Ice Cream



The Empress of Ice Cream (Semanis Es Krim)
Anthony Capella @ 2010
Gita Yuliani K. (Terj.)
GPU, Juni 2013
552 Hal.
(via @HobbyBuku)

Carlo Demirco hanyalah seorang bocah biasa dari keluarga miskin. Saat berusia 7 tahun, ia diambil oleh Ahmad dan dijadikan pesuruhnya. Ahmad ini adalah pembuat sherbet keluarga Medici. Semua yang dilakukan Ahmad bersifat rahasia. Tapi Demirco mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap es, hingga ia harus kehilangan jari tangannya karena terlalu lama dikurung dalam ruang penyimpanan es. Tapi, itu tidak membuatnya kapok. Demirco kerap melakukan percobaan dengan bahan-bahan yang dimiliki Ahmad. Dan ketika beranjak remaja, Demirco bertemu dengan Lucian Audiger, pria Prancis yang ingin menjadi confectioner � menurut �hemat� gue, adalah pembuat makanan penutup, hidangan yang manis-manis.

Maka, Demirco pun lari meninggalkan Florence dan pergi  bersama Lucian ke Perancis. Lewat sogokan, relasi, diplomasi dan biaya yang mahal, juga perjuangan yang ulet, akhirnya keahlian Demirco diakui oleh Louis XIV, sang Raja Perancis. Nah di jaman itu, suguhan manis-manis tampaknya jadi suatu hal yang mewah dan hanya bisa dinikmati oleh para raja. Dan hanya raja juga yang berhak menentukan siapa yang ingin ia ajak untuk menikmati suguhan istimewa itu.

Lama-lama Demirco jadi terlena dengan kehidupan yang serba mewah dan bebas itu. Tapi, ketika ia bertemu dengan salah satu dayang-dayang ratu, bernama Louise de Karoulle, ia pun jatuh cinta dan berniat mengawininya, tapi sayangnya, cintanya ditolak.

Dan ketika  Louis XIV ini ingin membujuk Raja Inggris, Charles, agar menandatangani sebuah perjanjian penting yang akan menguntungkan Perancis, maka diutuslah Louise dan Demirco untuk membujuk dan memperngaruhi Charles. Louise, tentu saja dengan kecantikannya, dan Demirco dengan keahliannya dalam membuat es krim, yang ketika itu belum populer di Inggris.
 
Louise de Kerroualle - via http://www.gogmsite.net/
Raja Charles II - via Wikipedia
Louise digunakan untuk kepentingan politik. Ia harus berhasil membuat Charles tergoda, mengorbankan kehormatannya demi keberhasilan misi Raja Louis XIV. Louise dibenci, dihina, harus bersaing dengan para gundik raja yang lain. Louise, dari seorang gadis polos berubah menjadi perempuan yang berpengaruh. Ia mengumpulkan berbagai harta, membuat beberapa keputusan yang penting. Orang-orang banyak yang membencinya, seorang gundik raja yang juga artis pangung bernama Nell Gwynn, terang-terangang mengolok-olok Louise dalam setiap peran yang ia mainkan. Tapi, Louise tetap tenang.

Nell Gwyn - via Wikipedia
Dan sementara itu, Demirco harus selalu membuat hidangan es yang istimewa. Ada satu titik, di mana akhirnya, ia harus kecewa, karena dipermainkan oleh Louise. Kejadian ini yang menjadi titik balik, dan membuatnya sadar, bahwa inilah saatnya ia benar-benar harus membuat keputusan untuk masa depan yang selanjutnya. Tak peduli, bahwa hidupnya selama ini tergantung pada orang-orang yang sangat berpengaruh.

Apa yang istimewa dari buku ini? Terus terang, gue sempat merasa gak nyaman membaca buku ini. Di jaman itu tuh, rasanya bukan hal yang aneh ketika raja punya banyak pasangan. Satu istri sah, tapi selir atau gundiknya di mana-mana. Bahkan, juga  bukan rahasia kalau perempuan berhubungan dengan laki-laki lain yang bukan suaminya.

Udah gitu, raja ini boros banget ya. Pesta-pesta, judi, belum lagi hadiah-hadiah mewah, istana, apartemen mewah dan berbagai kemewahan lainnya. Dan si Raja Charles ini dikatakan bukanlah laki-laki yang setia. Untuk itu Louise perlu menjaganya, agar tidak berpaling ke perempuan lain. Sekali raja berpaling, berarti kedudukannya juga terancam. Yang pasti demi kepentingan politik, perempuan jadi umpan.

O ya, yang istimewa, setidaknya buat gue, adalah membayangkan proses pembuatan es krim itu. Gila ya, jaman dulu itu, ternyata nanas adalah buah yang sangat istimewa. Gue merasa geli ketika orang-orang jadi norak pas pertama kali mereka ngeliat buah nanas.

Lewat sosok Hannah, seorang pelayan di tempat Demirco menginap, kita akan menemukan seorang perempuan yang keras, tapi punya pendirian. Dia tahu apa yang harus ia putuskan agar ia bisa mendapatkan sebuah kebebasan, untuk menjadi manusia yang bebas tanpa terikat dengan berbagai embel-embel.

�Yang lebih baik yang bisa kuinginkan? .. �Kerajaan tanpa raja. Gereja tanpa gereja. Negeri di mana tidak ada ikatan kewajiban ; tidak ada kewajiban mengenai hak milik, hak istimewa, ataupun kelahiran. Tempat di mana tidak ada manusia terlahir dengan sanggurdi di punggungnya agar manusia lain dapat menungganginya. Tempat setiap laki-lali bisa memilih cara beribadahnya ; dan setiap perempuan juga, dan hukum satu-satunya yang kami patuhi adalah yang tertulis dalam hati kami. Jika kami butuh pemimpin, kami akan memilih mereka. Jika kami butuh undang-undang, kami akan membuatnya sendiri.�

(hal. 522)

Tuesday, 3 September 2013

Wishful Wednesday 45





Udah Rabu lagi ya? Berasa lama sekali minggu ini. Bosan sebosan-bosannya� Untung ada Wishful Wednesday, berkhayal pengen buku apa, bisa jadi mood booster.

Salah satu tem abaca bareng BBI bulan ini adalah buku ber-genre Distopia (tapi bukan yang Young Adult), di salah satu daftar yang direkomendasikan oleh Ndari, ada buku The Handmaid�s Tale (Margaret Atwood). Waktu gue baca sinopsisnya, tampak menarik, meskipun sedikit �horor� buat gue. Tapi, gpp lah, kali2 bisa menemukan buku ini, jadi bisa diikutin buat posting bareng.

 

Ini nih sinopsisnya:

Offred is a Handmaid in the Republic of Gilead. She may leave the home of the Commander and his wife once a day to walk to food markets whose signs are now pictures instead of words because women are no longer allowed to read. She must lie on her back once a month and pray that the Commander makes her pregnant, because in an age of declining births, Offred and the other Handmaids are valued only if their ovaries are viable. Offred can remember the years before, when she lived and made love with her husband, Luke; when she played with and protected her daughter; when she had a job, money of her own, and access to knowledge. But all of that is gone now..

Mau berkhayal juga, mari ikutan Wishful Wednesday dulu, liat rules-nya dulu ya:
  1. Silakan follow blog Books To Share � atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Tags